Dalam bio Instagramnya, teman saya, Akbar, dia menulis, “its me against me”.

Waktu memang benar-benar berputar semaunya, memutar keadaan jauh dari titik awalnya.

Jika pada hari ini kita berkata A, maka besok, mungkin kita berkata B. Alhasil, sejatinya kita tidak perlu mencari musuh untuk berkelahi, karena sepanjang waktu, kita akan bertarung dengan diri sendiri.

Perlu sekian waktu, sampai akhirnya saya bisa memahami makna, “its me against me”. Meski saya (-setidaknya) cukup tahu bagaimana pikiran manusia bekerja, tetapi, tetap saja, saya tidak bisa sepenuhnya mengendalikannya.

Dalam pertarungannya, perasaan selalu berhasil menemukan titik terbaik, untuk mendaratkan pukulan terkerasnya pada kita. Menghancurkan sehancur-hancurnya. Lalu setelahnya, perasaan bertingkah seolah dialah yang menjadi korban. Ah, sial memang. Pandai sekali bermain peran.